curhat  

Penyerat Hijau

sahabatku
malam ini ku tatap bulan bersaput awan tipis
serupa renggang kita, meredam diam sembari memeluk murka
entah di bagian mana pekat, tak saling kita pahami
hingga tak tahu bagaimana cara mengakhiri

sahabatku
angin bilang rindu pada kita
pada jendela yang biasa terbuka
dinding yang merangkum sunyi
dan kata keluar masuk seenaknya

sahabatku
lihat rautku kali ini
tampak tak seperti biasa
sebab kantung hitam
tak lagi bergayut di kelopak mata
berganti butiran bening mengalir tak henti

This entry was posted on 10.12 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 Tanggapan