sering diri bercakap dengan diam
berpelatar kesunyian
berhias butiran peluh dan mata terbungkam
remah kenangan yang berceceran
keyakinan melenggang punah
menjelma serpihan debu ragu
memutus utas harap pada gantungan mimpi
kepada langit yang telah memberi cerita
begitu sulitnya bahasa kuterka
harus menjadi apakah peran kulakonkan
sedang diam selalu saja tak bersuara
This entry was posted
on 11.24
and is filed under
Dalam tulisan
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
2 Tanggapan