setelah beberapa purnama
usikmu menggelayuti
menindih langkah mengarah
mengeja tiap kata
meraba terka
benar salah :
bentuk sahaja
dimana catatan
tercecer
menyisa perangah
lalu
pagi tadi ketika matahari tunaikan janji
menyinari seisi bumi
kau sisipkan untai kekata
di terangnya
tentang malam
yang
menutup pintu renung
kembali pada pekat
tanpa arti
mutlak
mulai dari nanti
ketika senja tiba
kembali nyata
adanya sendiri
This entry was posted
on 12.59
and is filed under
sehelai kertas tertawa dengan lelaki senja
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 Tanggapan