kala mata beradu
tatap meminta bisu meraja
merintikan malu di tiap kilas pandang yang melesat
serupa hujan panah tajam
menusuk dada
lagi..lagi..lagi..
lalu pada sepersekian detik berlalu
tingkah mengusar
kau semakin sering menangkap gelagat sipuku
aku sungguh malu
ribuan bebunga tiba saja merebak memenuhi ruang
beraroma terang serupa kunang
lalu lalang mendadak lenggang hanya ada kau dan aku
dalam kelit ambigu sang waktu
bertaut pada gelombang diam yang menggema ruang
batas cengkrama kita cakupkan alirnya pada garis desir
cukup mencecap rasa tanpa kekata
romantisme diam yang mempesona
200109
This entry was posted
on 16.06
and is filed under
Sekedar berujar
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
3 Tanggapan