Hari Fitri  

Penyerat Hijau




sepagi ini deretan sajadah tergelar di hamparan padang
takbir bertalu -talu kemudian di perdengarkanlah
iqomat
sujud atas tiba hari kemenangan di langsungkan

pintu-pintu maaf di buka selebar-lebarnya
pelukan kecupan dan tautan jemari sebagai salam
dengan niat tulus suci masuk kedalamnya
capai kemenangan penuh arti


011008' nanti
alhamdulilahh :)

sholat maghrib  

Penyerat Hijau

saat senja mulai hilang
diperdengarkanlah suara-Mu
merdu
mengajakku
berwudu
tuk bersujud
menyembah-Mu

beda kita  

Penyerat Hijau

:pah
tak sama pun denganku
kau hanya menatap
reratapan

ratap tentang perginya rasa
setelah lama menjelma sebagai nafas
di antara kita

renung  

Penyerat Hijau

dan pada tetimbang bimbang yang kerap usik langkah

sadarkah bahwa kurang atau lebih dalam diri

telah menjadi isi pena tinggal bagaimana meyelaraskan

pada helai-helai kertas yang kan di penuhi dengan catatan berikutnya

dan itu pun jika kita dekapi kesadaran

mutlak

curah kata  

Penyerat Hijau

pada bentang waktu
dan jarak menyisa pilu
kata menjadi saksi
sebagai pelangi jiwa
mimpi-mimpi penyempurna
di lelingkar carutmarut rasa
bingkaian leluka

dan hanya pada kekata lah
resah mampu menganak sungai
menghinggap pada kosa muram
merapat pada barisan huruf
entah berbentuk apa..

sesapa  

Penyerat Hijau

jemari hendaki
jangkau sesapa tanya
seraut rupa

nyata
seutas tali telah terentang sebagai jarak

sebagai pembeda


antara remang dengan terang
senja dan siang

lintas
hanya sekedar
berbatas
lalu hempas

berbuka : berbagi  

Penyerat Hijau

: r,n.i
sampailah kita pada hari ini
dimana sua temukan lagi para pemilik rupa
rasa terikat mengabadi pada masing hati
ketika terjelma memori tentang putih dan abu
kita tak pernah bosan untuk memutari lagi
menari dan mencipta tari didalamnya
terejalah lagi kenangan dihampar padang alam
sejenak melarut pada lara yang tak terarungi bersama
ditengahnya tawacanda kita jadikan cemilan yang memuaskan
sebab harihari telah sangat kenyang kita nikmati tanpa saling menemani

>>>>0609,2008 :)

masa tenggang  

Penyerat Hijau

mengiringi rindu akan sujud penghambaan kepada-MU
entah kenapa semakin banyak yang berbicara tentang waktu..

apakah masa tenggang bagianku telah di mulai?


urai kata  

Penyerat Hijau

>>> pertemuan adalah dentum jam sebagai awal kerinduan

perpisahan adalah derit yang membukakan pintu kesedihan

>>> pertemuan sebagai pohon bagi dedaun kerinduan

dan perpisahan sebagai ujung ranting pertemuan

cukup memeluk diri  

Penyerat Hijau

dan sebagaimana pun ada diwaktu lalu
kembali bayang asmara terlukis pada pendatang
yang nantinya pun pergi dalam kedinian
entah ada akhir atau terabai mengambang
dalam kenang bebait puisi atau lamunan

enggan tuk kembali menjejak
lingkaran wewarna absurd rasa
perputaran pada poros nasib masing
isi hanya penantian rindu tangis tawa
membeban pada pelataran jiwa rapuh

sudah saja
cukup memeluk diri!


sebab
kesendirian pun telah memberi warna
dengan sendirinya

asing  

Penyerat Hijau

percakapan dengan malam-malam lalu

telah mengucilkan sajak dilaci berbentuk kotak

tentang rentang jarak rindu-rindu pada pelataran

liku-laku waktu dengan jamahannya

tiada mampu kubaca sebab warna begitu asing

tergores pada sehelai kertas biasa

waktu  

Penyerat Hijau

dan kemudian sirnalah harap
saat sosok mengilang dari bola mata
hanya sisa jejak pada ruas jalan yang begitu panjang

hei...sudah sejauh inikah aku menatapnya?
kenapa baru sekarang dia hilang
siapa dia ?
kenapa disudut puing hati yang memuram kelam
ada nyala cahaya berkedip-kedip
dengan iringan denyut yang terus mencipta kejut

ngilu-ngilu yang memerihkah?

bukan ..bukan itu
lalu apa rasa itu?

mmm... sepertinya
harus tanya Waktu

diam  

Penyerat Hijau

sering diri bercakap dengan diam
berpelatar kesunyian
berhias butiran peluh dan mata terbungkam
remah kenangan yang berceceran
keyakinan melenggang punah
menjelma serpihan debu ragu
memutus utas harap pada gantungan mimpi
kepada langit yang telah memberi cerita
begitu sulitnya bahasa kuterka
harus menjadi apakah peran kulakonkan
sedang diam selalu saja tak bersuara

dalam pena  

Penyerat Hijau

serupa bibir yang berkata
pada larik kalimat yang coba kutata
huruf-huruf sempoyong dalam kelunglaian
diantara satu bait dengan bait lainnya
terdapat lubang menganga
selingkar gulita yang tak terbaca
sebab terang telah mati terbunuh makna nyata

sisa
catatan teronggok dalam jemari patah yang sepi
ditemani hitam sebagai warna pada setiap baris
tak tertuntas menjelma sebagai tulisan
hanya potongan keluh tentang kerisauan
yang tergores dalam selembar kertas diam

kenangan  

Penyerat Hijau

dan dalam kenang, sesuatu itu menjelma abadi
ia begitu kuat mendekap
mengikatku pada tempat awal bermula
mengapungkan lagi pada memori telah lalu
memanggilkan gerimis sebagai rintik rusuh
agar rasa kembali kisruh
mencarutkan lagi gelisah pada raut yang semakin pucat
kelupasi lagi luka kering yang nyerinya tak kunjung hilang

Entahlahhhh...  

Penyerat Hijau

Mulutku selalu saja mengapit lelap diam
hingga tak pernah ada suara atau bunyi yang terjaga pada cakap kita

jemari selalu saja patah setiap kali mencoba merangkai tutur
pada catatan ketika melihat sosokmu dalam remang


dunia kita memang tanpa mata hanya berjejal kata
disetiap sudutnya
tentang hitam putih, siang malam,dan harmoni dalam kehidupan
penamu tak pernah berhenti menyelinapkan makna berbungkus kata
tak sederhana jika mataku yang membaca

kesahajaan dalam ujaranmu tentang gambar diri
jelmakan cermin dalam setiap gerak

ahhhh akankah kau lelah bacakanku dongeng tegas tentang pengembaraan ini
pencerahan tanpa intervensi pribadi
doa-doa di jeda mimpi
entahhlahhh....