Hari Terakhir di 2008  

Penyerat Hijau

Happy New Year Everyone! May 2009 be a blissful one to you!

pagi esok rona baru semoga ku temu
terang mewarna setiap sudut hari
semoga semua hal terbaik berada di tahun 2009
dan aku mampu merengkuhnya
begitupun kalian semua
amiennn...
-Ki-


http://www.taktiku.com


Tahun baru: http://www.taktiku.com

tuju terang  

Penyerat Hijau

seraut jiwa tegap tegas
jabarkan satu persatu reniknya
berjalan mencari terang
bukan akan tapi selalu
rebahkan harap ke pangkuan langit
hingga dekapakan terasa semakin hangat
leram dalam eramnya

dalam setiap detik
urainya selalu saja berderai
kedip masa lalu dan siluet masa datang
memekak indra
mengirimkan sulur-sulur
pada ilalang yang tak berkembang
di rimbun padang
remang

*post di My kapasitor juga

welcome  

Penyerat Hijau

selamat datang
dilautan luas perduli tanpa paut janji
serapah ingkar tutup muka dengan jemari bergaris makna
suara detak kan meruah mengusung gelora di rimbun kata
palu kita selalu milik alam

berjalan kita tanpa bola mata
rasa yang menyawa di jalan-jalan gulita
hanya sisa regang pasrah
mewujud tiang tatap teguh
berakar sama dasar

buncah tawamu pendam setumpuk muram yang jelaga
izinkan kusuluri hawa hangat di ruas dinding dingin
yang memekatkan perih luka nganga fana
singgahlah kemari
di maya keselarasan rasa kubuat nyata
menemanimu

:)

menjemur kenangan  

Penyerat Hijau

coba tarik sedikit garis bibir
biar kulihat gurat senyum
di raut manjamu yang tampak muram
pagi ini

sebentar hilang sebentar datang
padahal di halaman tumpukan jubah
berbaris-baris kedinginan
menunggumu

lihat lihat
angin mengajak mereka bercanda
di hembusnya kencang lalu diam
angin tampak senang
melihat mereka bergelinjang
dengan gelitik nakalnya

ahh.. kenapa murungmu tambah akut
mukamu tertutup kedua tangamu
jelma awan kelabu
gelap!!
tanpamu

sejenak kemudian
gelisahmu menitik
pamerkan nyalang gulana
di tiap titik merintik

dan lagi
tergesa-gesa
aku mesti cepat selamatkan
jubah-jubahku
dari rimbun tangismu
yang kian menjadi

padahal
kau cukup tahu
aku muak tetangismu
jubah-jubah tak kering
semakin basah
pun meresapkan biru
di sisik tanda mata waktu

sepasang kaki  

Penyerat Hijau

mencoba berlari
ke bibir hilir
mencari sepi dan dingin
terus bergilir

pun perlahan berjinjit
ke batas hulu
memikat nyawa pada rasa tawa
serba berambigu

sepasang kaki kurus
menampung letih
berpijak ragu
meniti siluet bayang
menuju rona seraut rupa
jangkau gemerlap bintang
di bening matanya

*post di My kapasitor juga

menjauh  

Penyerat Hijau

menjauh
dari ladang mu
benarnya hendaki terbang
lenggang melesat kilat

namun sayang..

sepasang sayapmu tak kau tinggal
hanya tumpukan kenang
kau lekat kuat di punggung
pedih

hingga masih saja memaksa
sepasang kaki lunglai
menopang tubuh berjalan
perlahan
jauh..

seusai kemarin  

Penyerat Hijau

membaca wajah langit malam ini
pendar bintang meredup
tak segemerlap seperti hari kemarin
begitu remang menuju pekat

romantisme diam
telah melelapkan detik ke dalam mimpi
di perundakan malam
kata-kata menghilang tanpa jejak

jendela rapat tertutup
dinding membungkam suara
udara mengeja hampa
menyendatkan helai-helai nafas


>>letih memaksa memilih sebuah pilihan dan inilah yang terpilih<<

sudahlah  

Penyerat Hijau

baiknya
tak perlu batas waktu kau tunggu
di rentangnya
bukankah aku telah kau bunuh
di kepalamu !!

mungkin  

Penyerat Hijau

setelah sapa
mempertemukan kata dalam puisi
membunuh malam dengan penggal cerita dan tawa
tinggalkan larik-larik catatan juga tinta dalam sketsa
di atas meja rias kamarku

mungkin
bagimu batas singgah
telah cukup sampai senja nanti
dan ketika petang di palung dada
satu persatu rautku kau cincang
tanpa sisa kau buang ke lumpur hitam
dan namaku tanggal perlahan dari hatimu
jatuh menuju tanah

angin  

Penyerat Hijau

cukuplah
jika rautmu kutemu dalam batas singgah
hembusmu telah sapu
segala serpihan yang tercecer

datangmu
adalah anugerah
menyingkap batas kesah
pudarkan penat
yang terasa pengap

hingga
sepeninggalmu
silir telah ruahkan aroma segar
di batas ini

andai  

Penyerat Hijau

andai nanti
perjalanan sesaatmu,
mengusangkan aku
di balik telapak kakimu
dan aku tak mendapati kembalimu
untuk secuil sapa

ijinkanlah aku
merangkai rindu untukmu
meski hanya di balik barisan puisi
dan ribuan pesan bisu
di kotak kekatamu

ingin  

Penyerat Hijau

jika saja
mata tak terpancang jarak
dan sapa tak hanya lewat ujung kata

sesungguhnya
ingin kualamatkan kecupan di telapak tanganmu
berbalas bibirmu mengecup ubun rambut
sembari membisikan doa panjang
untuk sang langkah yang masih belum tegak

sebab pagi nanti
waktu mungkin menanggalkan namaku
di kepalamu

dan ingin ini
tak pernah bisa tersampaikan
padamu

apa lagi ?  

Penyerat Hijau

apa lagi yang bisa kuucap
sedang kebenaran pun tak akan kembalikan pelukmu
kau terburu -buru mengetukan palu di jeda diam kita
dan aku sibuk mengemasi murka yang kupendam
hingga telinga tuli sementara
saat kita saling bertemu muka
dan suaramu hanya serupa kepulan asap
perlahan sirna
tak berasa

hampa  

Penyerat Hijau

akhirnya pertemuan
hanya menyisa punggung sebagai muka
semakin mengecil di hadapan bola mata
lalu hilang terbasuh butiran bening airmata
perih pun menyempitkan ruang lapang di dada
hampa

curhat  

Penyerat Hijau

sahabatku
malam ini ku tatap bulan bersaput awan tipis
serupa renggang kita, meredam diam sembari memeluk murka
entah di bagian mana pekat, tak saling kita pahami
hingga tak tahu bagaimana cara mengakhiri

sahabatku
angin bilang rindu pada kita
pada jendela yang biasa terbuka
dinding yang merangkum sunyi
dan kata keluar masuk seenaknya

sahabatku
lihat rautku kali ini
tampak tak seperti biasa
sebab kantung hitam
tak lagi bergayut di kelopak mata
berganti butiran bening mengalir tak henti

lupa cara menulis surat setia untukmu  

Penyerat Hijau

ku maksudkan ini sebagai surat
yang acapkali kau pinta setiap tiba purnama
di secarik kertas ini
tuliskan berbaris-baris kalimat

sudah kucoba untuk mengingat
bagaimana letak susunan juga isi surat
seperti biasanya kukirim padamu
tapi aku lupa kali ini!

sungguh tak sanggup mesti mengurai lupa ini
terlalu rumit ku paparkan dengan bentuk kata
kenapa mesti lupa dengan kebiasaan

barangkali memang tak ada kesetiaan untuk ingat
atau melupa untuk setia adalah biasa
bisa juga setia adalah terbiasa

baiknya begini saja
anggap saja ini surat dariku seperti biasanya
agak aneh memang

tapi coba kau cari saja sendiri
kenapa aku tiba-tiba menjadi aneh
lupa cara menulis surat untukmu kali ini

gelagat  

Penyerat Hijau

tersenyum atau tataplah tuju adaku
sebagai isyaratmu dalam bentuk laku
agar mampu endapkan resah yang melanda
ketika setitik rasa sambangiku
getarkan rongga-ronga dada
untai bait-bait rindu di sisi malu
yang terasa mengganggu
di jumpa kali ini
membentuk gelagat kaku
yang tak terpapar dalam ucap
terbacakah tanda-tanda ini
ketika bibirku hanya terkatup
memendam deru asmara yang menggelora tak terungkap
dan jemari munggil berharap mampu raih hati
engkau sang terdamba sebagai kekasih pasti

10.nov.08

larung murung  

Penyerat Hijau

dipekat malam
seonggok jiwa tercenung
luka melawat garis tangan
terbenam di hampa ruang yang terselebung sepi
meniti arus masa dengan kaca buram yang suram
arungi perjalanan rasa citakan sanding peraduan sejati
abadi kasih umpama sujud bakti pada illahi

pagi menjelma
singgah di ujung mata
segumpal awan merekah indah
sembulkan sepucuk raut berseri ditengah kerontang padang
suara parau tembangkan sisa rasa
sejumput ilalang bergoyang seirama desau nada angin
songsong embun yang kan kilaukan batang tubuhnya

matahari baru
sapu remahan mendung kelabu
melarungkan murung pada udara jernih yang meruang
torehkan warna segar di palung jiwa
di terangnya ada jejak hela nafas lega
akhir rundung kabung yang terapung musim lalu

singgah di ' YK '  

Penyerat Hijau

pada jantung kota nyamanmu detak selingkar kisah
telah binasa, sekarat terinjak sekat jarak
seraut muka meminta belas iba pada pelepah waktu
beri katup pada airmata agar tak bebas terburai
untuk sejenak menyusuri pesisir malam di kota tuamu

suasana teduh menyapa di sisi ramai jalanan
jejeran gedung-gedung usang saksikan
sepasang kaki berjalan tersaruk-saruk lunglai
raut lusuh kenyang menganyam kenang

setiap sudut angkringan remang
jamukan pekat pahit di segelas susu jahe yang terteguk
aroma pedih kesendirian terbungkus di pincuk-pincuk nasi sambal
lalu lalang bayang temaram
memarkan rindu hinga biru lebam

ada hembus nafasnya menyatu bersama angin
menerpa muka sendu tergugu bersama hening
kelu membeku utuh di rongga-rongga dada
menuju usai lara ingatan jelang sang pagi

patah hati  

Penyerat Hijau

kini kepatahan bertandang ke halaman rumah puisi
juga persimpangan jalan tempat sapa menjumpa hangat
dalam leram berbatas kata
langkah kaki rindu terkantuk kerikil lara
perlahan mimpi buruk semakin nyata
sepi pun terus berjaya memimpin sunyi
menindas suara tawa
lalu memasukannya ke lemari berpintu besi
lelehan airmata mewarnai peristiwa
ratap miris bersanding kecewa
waktu selalu menyisakan pelepah pahit
pada detik jelaga yang semakin sempit

menanti  

Penyerat Hijau

hujan baru saja mulai menggantung
tepat tengah malam
hidangkan raut gigil dan secangkir kopi beku
selarut ini mata masih tajam mengawang
belum satupun kantuk menyergap lelah yang sembunyi

sedari bada isya tadi
masih kutunggu kau mengetuk pintu
membawa pesanan sapa ku..


ps: sampe tlisan ini di post masih lum ada kabar?!!
CPD bgt!! T_T

CLBK  

Penyerat Hijau

mari kembali bersama
saling berjanji mengikat hati
ke puncak mimpi
tak usah sangsi
meski pagi telah berganti
tak lagi sama seperti kemarin

jika kau hendaki
selepas ini
kau ku hampiri

mari..

Sementarakah  

Penyerat Hijau

terjejak sebuah jarak panjang
pada langit yang terbiasa berawan
udara terhirup pelan dan dalam
buang sesak yang terselip didada
selalu saja ada rahasia yang terkuak
dari rentetan perpisahan
sepi yang diam-diam menyingkap
kerinduan sekeping hati
pedih membungkam sesapa
hanyut terabai bersama masa
hapus kata yang pernah menyerta
sementara seperti biasa
atau ini memang akhirnya

harga  

Penyerat Hijau

berapa nominal yang mesti aku pasang
dari sebuah kalkulasi rasa atau kata
semua yang terjelma haruskah ada alasan
pun hati punya cara sendiri tuk memaknai siapa
mungkin tak berharga juga adalah sebuah harga
dari pemahaman atau sangka
lalu harga apa ?

maaf  

Penyerat Hijau

apakah memang tentang kita?
sedang makna masih saja menjadi tanya
iringan kata di persimpangan sangka
apakah terlihat oleh mata

sisi itu tak cukup menunjukan jawab
memahami bahasa agar percaya
terlampau sulit untuk ku

salah ?

kertas bukan hati  

Penyerat Hijau

kepada sang lelaki yang menebar benih kesahajaan
pada sanubari yang masih berjelaga pada berwarna-warni duniawi
kaitkanlah saja umpama pada kertasmu yang bertebaran penuh tinta
deru yang terbawa biar waktu yang menghakimi
sampan pada laut yang terombang-ambing itu biarkan saja berkeliling waktu
intaian laju badai dan putaran air mengalir telah ia pasrahkan
pada suatu titik kekal di mana sampan pun dapat sekilas terhapus hilang entah kemana
kalaulah memahami telah sulit maka menjadi bijak akanlah semakin sulit
sebab ego menatahkan keeksistensianya lalu hanya cela dan ketidaksempurnaanlah
yang membias pada titik ukur kepercayaan
kertas hanyalah sebuah kertas menjadi sesuatu tetaplah hanya sebuah kertas
bukan penunjuk intuisi

saputangan putih menjadi tanda  

Penyerat Hijau

jika pada pintu sanubari birumu tak terbuka sebuah pinta tentang maaf
maka detik ini kutanggalkan semua rasa yang pernah ada dalam kata
debar suka atau sengguk duka tak sengaja yang pernah meruang
biar kulipat dalam kesendirian

dan senja nanti diujung tepi danau yang tak lagi bening
sebagai ucap pisah yang tak terangkai dalam sapa
ku tinggalkan sebingkai senyum disebongkah batu datar
dengan alas saputangan putih kusut tanda sebentuk air yang entah apa
pernah leram di rajut kainnya meski telah kering oleh silir angin

andai kau tahu sebasah apa
ketika pada saputangan itu sepasang mata terbenam
dengan sedu yang mengiris memilu
dan puisi ini tak perlu lahir
mengiringi pergiku

kenangan memaku waktu  

Penyerat Hijau

titik sunyi tak bercelah memekat aroma tetap
tajamnya ingatan menikam kepala bertubi-tubi
nyeri meraung, lara meruang menyiksa
mengarak limbung sepercik murka berselaput rindu menuju hati
meredam bongkahan luka terpaut pada sosok mata sayu

air pada mata kering, lumut rimbun ditepian pelupuk
racau ini hening terkantuk kenang biru asmara
apakah layar hitam yang kan terbawa sampai nafas habis
jika jelaga mentari senja dan purnama pun terabai pejaman mata
peka terkubur gamang yang tumbuh subur ladang jiwa

menjalani perjalanan  

Penyerat Hijau

kami berjalan pada titik luka
dimana langit telah mencatat rincian akhir mutlak kemana arah melangkah
meringkuk disudut bumi menepi atau meraih bulan berada dalam bening pendarnya

sabda alam selalu coba kami baca sebagai tanda
dalam lingkar cerita sebagai mahluk bernama manusia
kami membawa senyum sebagai pelangi
dan hujan sebagai duka

selalulah waktu yang tergenggam pada jemari kami
menjadi detak yang membawa ke masa berikutnya; rahasia
dan mengusangkan titik sebelumnya; kenangan

merindu  

Penyerat Hijau

dalam senandung rindu yang tercipta pada dada
deru pun menggalau dalam pucat raut kelu yang memenuh sukma
kendala sang layang tak jua beralamat tepat

menyusuri kutipan tanda tanya di balik cerita lalu
tentang pesinggah yang menyisa luka
dirimbun rasa yang tertanam kepadanya

setelah musim menjatuhkan nikmat lara
dalam hening kesendirian pada lautan jiwa
kapankah perahu yang terdamba kan berlabuh
pada dermaga hati yang menanti

jalan buntu  

Penyerat Hijau

dan lalu sebuah rasa mengada di balik raut kita
yang berbatas pada seutas benang pembagi tawa tangis
mengakui rasa setelah meredam dalam diam
sebagai langkah terbaik untuk sekian waktu
agar tak ada lara yang kita jamukan dalam perjumpaan
waktu sebagai pihak pendamai berbaik hati melepaskan ikatan diam
pada bibir kita yang tak pernah saling mengucap kata
akan tetapi dia menuntut perpisahan kita setelahnya

doa dalam restu  

Penyerat Hijau

pancaran doa dalam restu tak terbias dalam kisah
adalah itu menjadi batas langkah sering terhenti
membentuk kepincangan awal luka meraja
mendera pada dada para pelaku cinta
setelah asmara terajut dalam ketulusannya
berbagi keiklasan kasih dan saling menggenggam rindu
dalam lintas waktu yang tak semata
maka mengaitkan satu pilihan untuk kepastian
adalah bagian tersulit untuk ujung sebuah pertemuan
jikalah lara kala perpisahan adalah jalan menuju bias itu
maka terberkahilah nikmat luka
setelah menelan bulat-bulat getir pahit
melupa pada yang tercinta
untuk sebuah doa mencapai surga

sakarepe waelah ya!!!!  

Penyerat Hijau

kami bukan tidak mau di mengerti
hanya saja terkadang langit yang biru pun bisa dengan cepat berganti kelabu
lebih-lebih kami mahluk berwatak (tak ingin ada keabadian dalam diri kami)
kami sudi berjalan seperti udara memenuhi ruang juga seperti air yang mengalir
mengikuti sang muara yang berujung entah

akan tetapi jiwa kami masih menentang untuk segala panutan yang bukan kami tuju
kami memang masih menerawang langkah menuju makna hidup yang belum kami pahami
kami selalu sadar bahwa kami hanya bisa mencuri makna dari pergelutan kami dengan waktu
dan itulah yang menjadi bekal perjalanan selama ini
mensiasati kebodohan kami dengan mencari pengetahuan pada ruang-ruang yang kami singgahi

tolong jangan salah dimengerti
sungguh kami tidak bermaksud pongah
jika kami mencari sendiri artian
siapa diri kami
untuk apa kami
di bumi ini

itu saja!!!!


=> ahhh masing-masing manusia kan punya prinsip
; buruk dan baik prinsip kan resiko bagi yang menjalani
gtu aja lah ya!!!!
ribet kali!!

untukmu : hujan  

Penyerat Hijau

kali ini musimmu kembali
datang setiap hari tanpa permisi

seperti bernostalgia pada derai-derai mu itu
mencurahkan lagi cerita tentang cinta
tentang kencanmu dengannya yang selalu
jika bertemu denganmu entah bagamana kapan dan dimana saja
kau tahu benar dia begitu suka denganmu
suara, aroma, ricik lembut dan derasmu sangat ia cintai, aku pun tahu
pun dia mengajakku untuk menyukaimu
dan kusukai kamu karena aku mencintainya

semenjak sosoknya pergi
benci mulai hinggapiku
rasa suka kepadamu tak lagi kupunyai
sebab pertemuan denganmu
aku menjumpai rindu yang teramat kepadanya
dan aku tak sukai hal itu
sungguh tak lagi ku mau mencintainya
pun menyukaimu

pagi ingkar lagi  

Penyerat Hijau

pagi telat lagi atau mungkin takan datang
keduluan mendung yang menggulung awan biru
sudah berkali-kali berapa hari terakhir ini

tak lama kemudian
tibalah
gerimis
sesekali dia tertawa

memandangku penuh suka
yang mondar-mandir dari balik jendela
sambil merengut dan bersungut
sebab pagi ingkari janji lagi
antarkan ku langkahkan kaki
hari ini

senyuman-ku  

Penyerat Hijau

dalam sebuah senyuman
seraut rupa belum juga kabur
berdiam di sana menghangatinya
dengan dekap sangat erat

setiap kali hujan  

Penyerat Hijau

tak pernah ada sajak tercipta oleh jemari
ketika langit menjatuhkan hujan
tanpa kira yang pasti kapan henti

sebait kalimat bersandarkan kertas
terpekur sepi pada ruang
pandangi butir-butir hujan
berselaput kenangan
tentang senandung hujan kala lalu
tetesannya merayapi dinding renung
dan membentuk genangan yang dalam
pada pelataran

hujan baginya tak pernah ruahkan imaji
hanya gelayutkan mendung disetiap huruf
dan rindu yang tak terbendung pada sajak
setiap kali hujan jatuh turun ke bumi

proses lahir "Sebuah kenangan tentang hujan"  

Penyerat Hijau

capedech_bgt: mb.nis
capedech_bgt: mbok bkin puisi
capedech_bgt: perempuan benci hujan
pikanisa: wooohhh
pikanisa: kebencian karena?
capedech_bgt: karena perempuan pernah punya lelaki yang begitu menyukai hujan,
pikanisa: hooooo
pikanisa: lelaki yang dulu disukai, tapi trus ninggalin dia gitu?
capedech_bgt: ya intinya hujan itu sebagai kenangan yang tidak si sukai bagi si perempuan
pikanisa: aq baru2 ini bikin Lanskap Kabut
capedech_bgt: iya ya
capedech_bgt: ahhh ayolahh
capedech_bgt: bkinkan untuk-aku
pikanisa: aq coba yo kii
capedech_bgt: maksa mode On*
capedech_bgt: dengan tatapan penuh sadis pula*
capedech_bgt: :))
pikanisa: iyoooo
pikanisa: iyooo
pikanisa: ;))
pikanisa: tak gawekne khusus
pikanisa: tapi amit sewu lek be'e bumbu2ne racocok yo ndhuk
capedech_bgt: beresss
capedech_bgt: saya minta mnrt versi mb.nis aja
pikanisa: hoookeeeeee
capedech_bgt: :
pikanisa: gawe sopo ki?;;)
capedech_bgt: untuk aku
capedech_bgt: dan bener2 untuk aku
pikanisa: :

pecinta hujan


sepertinya kulupa tarian hujan
yang kita peraga bersama.

bunyi kecipak sabda telikung awan menggantung
padu padan nada kendang halilintar

kadang sorak sorai panggilan hujan kita ucap bersama

hujaaaannnn…!!
ayolah curah.!!

ahhh semenjak ku lupa
ku letakkan botol-botol di sepanjang jalan
ku tadahi setiap bebulirnya
harap itu jadi botol kenangan tentang hujan,
dan dirimu

setelah semua botol penuh
ku tak segera memanennya
hanya pandangi kaca-kaca

aneh,
aku tidak hanya melupa
namun juga mendengki

Hujan.

pikanisa: sby, 311008

capedech_bgt: oh my god

capedech_bgt: cepet kali bkinya
pikanisa: wocoen sek ki
pikanisa: ini masih kasarannya
capedech_bgt: ora2 iki wes pas
pikanisa: urung tak wenehi judul
pikanisa: judul'e opo yooo?
capedech_bgt: ya sebagai pencipta silakan yang menamai
pikanisa: Sebuah kenangan tentang hujan
capedech_bgt: ya pas mb.nis
capedech_bgt: pas sekali
capedech_bgt: ahhhh
pikanisa: waduhh
pikanisa: temenan ta ki
pikanisa: syukurrrrr....#:-S
capedech_bgt: suwun tenan mb.nis
capedech_bgt: ahhh bagaimana lagi harus ku ucapkan kpadamu
capedech_bgt: terima kasie sebanyak terimakasie yang bisa ku ucap dengan mulutku
pikanisa: gawe sopo se kii
pikanisa: ;))
capedech_bgt: gawe aku
pikanisa: dudu... sumber inspirasi ne
pikanisa: kok malih dadi membenci hujan
capedech_bgt: ahhh masih tentang mata sayu mb.nis
pikanisa: >:D<
capedech_bgt: tar malem paling bakal ada hujan dadakan di kamar..dan aku yakin deres bgt mb.nis
pikanisa: biasanya selalu ada pelangi melengkung di setiap hujan
pikanisa: >:D<
pikanisa: kiii
capedech_bgt: ga tau lah mb.nis
capedech_bgt: aku masih aja ngotakin diri

CUT ^_^

percakapan dengan seorang kawan di surabaya..
dia khusus buatkan puisi permintaan saya seketika itu juga :D
TERIMA KASIH mb.NIS

terpanah asmara  

Penyerat Hijau

lengkung senyum mengurai tipis
ketika mata saling berpagut
muncul desir yang membelai
lembut..
ketika jemari berpautan
dan mulut membuka suara
menyebut nama...

ada rasa bergejolak
serupa kilat listrik
bergetar dalam dada
; debar

:)
hanya terpengaruh dengan lagu riang
saja
crisye ft tohpati dengan judul sama

pepadian hijau  

Penyerat Hijau

gunung sumbing  

Penyerat Hijau


:)

sebuah harap  

Penyerat Hijau

ketegangan antara logika dan nurani
benar-benar melelahkan. meski tidak sampai membuat stuck atau diam ditempat
akibat mereka rasa sering terkatung-katung
kadang menjelma remang muram lalu tiba-tiba saja riang terang
masih belum reda hujan sisa-sisa perasaan
genangan airnya pun masih membasahi pelataran

memastikan arti pesinggah : hanya datang lalu pergi
sungguh sangat sukar bagiku
atau sebenarnya itu adalah kondisi yang wajar'iah/alamiah
sebagai pemahaman yang harus ku pahami
dalam iringan situasi yang sedang tidak bersahabat
antara kefanaan dan kemayaan mereka sama-sama menyebalkan
di satu sisi kisruh lalu sisi lainya menambah ricuh karena jenuh
tapi paksakan berdiri selalu
sebab aku tidak ingin ketimpangan lainya muncul di saat aku sedang
berada di ruang yang tidak menyamankan hari-hari ini

setiap pagi harapan selalu menjelma
; kepada sang matahari harap bisa melepaskan risau yang tergantung muram pada dada
dan meredakan hujan yang mulai mengikis tanah nyaman pada bumiku...

semoga ..
semoga..lekas mewujud

..amien..

tentang kata ; rasa  

Penyerat Hijau

kata selalu meninggalkan warta
dihelai kertas diserta aksara
; catatan
waktu menyimpan memori
atribut fana maya
yang telah ditulis
ataupun yang tengah terangkum
pada imaji
tentang rasa selalu kaya arti
meski pada sisi puisi
mereka berdiri

memipih bersembunyi
entah absurd atau kontras
ruang pasti memapar
kedalaman makna

lepas dari segalanya
semoga sketsa dari tinta
tentang perjalanan kata
lekas selesai
sebagai catatan
yang terbukukan

seusai engkau  

Penyerat Hijau

hari menyapa sepi
menggamit lengannya
lalu berjalan bersisian
diam penuh hening

jelas tertebak  

Penyerat Hijau

tentang ritual kita
kala lalu
;
mendengar reranting patah
mengumpulkan dedaunan kering
meraba desir angin yang berhembus
menebak-nebak akhir mendung
apakah hujan akan turun ?
karena terkadang langit menipu
sebentar matahari murung
sebentar kemudian senyum

usai tiga purnama terlewati
ritual terabai terlupa
perlahan
tergerus arus waktu

dan pagi ini aku rindu ritual

ahhh...! sayangnya kenapa yang tertebak
bukan tipu-tipu si hujan

tapi kebenaran tentang sendiri
yang jelas bisa ditebak
karena kita telah tiada

kau putuskan tak lagi bersisian  

Penyerat Hijau

setelah beberapa purnama
usikmu menggelayuti
menindih langkah mengarah
mengeja tiap kata
meraba terka
benar salah :
bentuk sahaja
dimana catatan
tercecer
menyisa perangah

lalu

pagi tadi ketika matahari tunaikan janji
menyinari seisi bumi
kau sisipkan untai kekata
di terangnya
tentang malam
yang
menutup pintu renung
kembali pada pekat
tanpa arti
mutlak

mulai dari nanti

ketika senja tiba
kembali nyata
adanya sendiri

pagi pun sunyi  

Penyerat Hijau

Di pagi yang sebegini sunyi
desir ngilu meruang melingkari hati
ada isak ingin keluar dari peraduan
perlahan
mengambang
kemudian
meluruh
sengguk


bisik untukmu  

Penyerat Hijau

:Umm'ku

setelah hujan memutuskan pisah
di sisa dini yang meluruhkan kesetiaan berjalan pada bumi
sebelum habis jalan
semoga langit menebar pelangi di hamparan luasnya
jenak tuk resap kesah perih yang terbias
pada siluet jejak yang telah tiarap dengan dada terbuka
dengan leluka menganga
agar gejolak lekas surut di wewarnanya
dan awan biru merangkul
memapah menuju terang
lengkung senyuman berada.

*semoga selalu baik2 saja Om :)
wish U all the best

catatan  

Penyerat Hijau

pada catatanku
lembarlembar tentang rindu untukmu
masih terus saja sibuk ku tulisi
penuh dengan bara yang tersisa
di tungku rasa;
rahasia doa cita asmara kita
yang berlalu oleh jengkal-jengkal waktu

membaca langit  

Penyerat Hijau

sesekali kudongakkan muka
pada jalanku yang menunduk
sepanjang musim ini
membaca sinar pengharapan
pada langit maha luas

ahh..!!!
masih

mendung
berkabung
tak berujung

rebah pada resah  

Penyerat Hijau

tahukah kenapa sekilas tatapmu
selalu menjadi kilat di dadaku yang mendung
hingga kemudian seringkali hujan deras basahi pipi
karena duka telah melumat tawaku
dengan membawa pergi rasamu di waktu lalu
sesederhana apapun logika
paparkan alasan tentang pisah
selalu saja
emosi sebagai pemantik
ujung mata basah :isak
sisa hanya
endap rasa merekah :resah

catatan limabelas oktober  

Penyerat Hijau

:aya

malam ini
tepat
kala purnama
pancarkan sinar penuh
seterang kilau warna-mu
pada catatan bumi

sang tawa berpesta
rayakan tanggal angka
riuh ucapan
pekat kecupan
gelimang doa ; harapan
teriakan suka cita
menggema
di pelataran baru
belia -mu

Ps: met ultah buat ayaa ( si kenes) :)
15 okto 08

Hari Fitri  

Penyerat Hijau




sepagi ini deretan sajadah tergelar di hamparan padang
takbir bertalu -talu kemudian di perdengarkanlah
iqomat
sujud atas tiba hari kemenangan di langsungkan

pintu-pintu maaf di buka selebar-lebarnya
pelukan kecupan dan tautan jemari sebagai salam
dengan niat tulus suci masuk kedalamnya
capai kemenangan penuh arti


011008' nanti
alhamdulilahh :)

sholat maghrib  

Penyerat Hijau

saat senja mulai hilang
diperdengarkanlah suara-Mu
merdu
mengajakku
berwudu
tuk bersujud
menyembah-Mu

beda kita  

Penyerat Hijau

:pah
tak sama pun denganku
kau hanya menatap
reratapan

ratap tentang perginya rasa
setelah lama menjelma sebagai nafas
di antara kita

renung  

Penyerat Hijau

dan pada tetimbang bimbang yang kerap usik langkah

sadarkah bahwa kurang atau lebih dalam diri

telah menjadi isi pena tinggal bagaimana meyelaraskan

pada helai-helai kertas yang kan di penuhi dengan catatan berikutnya

dan itu pun jika kita dekapi kesadaran

mutlak

curah kata  

Penyerat Hijau

pada bentang waktu
dan jarak menyisa pilu
kata menjadi saksi
sebagai pelangi jiwa
mimpi-mimpi penyempurna
di lelingkar carutmarut rasa
bingkaian leluka

dan hanya pada kekata lah
resah mampu menganak sungai
menghinggap pada kosa muram
merapat pada barisan huruf
entah berbentuk apa..

sesapa  

Penyerat Hijau

jemari hendaki
jangkau sesapa tanya
seraut rupa

nyata
seutas tali telah terentang sebagai jarak

sebagai pembeda


antara remang dengan terang
senja dan siang

lintas
hanya sekedar
berbatas
lalu hempas

berbuka : berbagi  

Penyerat Hijau

: r,n.i
sampailah kita pada hari ini
dimana sua temukan lagi para pemilik rupa
rasa terikat mengabadi pada masing hati
ketika terjelma memori tentang putih dan abu
kita tak pernah bosan untuk memutari lagi
menari dan mencipta tari didalamnya
terejalah lagi kenangan dihampar padang alam
sejenak melarut pada lara yang tak terarungi bersama
ditengahnya tawacanda kita jadikan cemilan yang memuaskan
sebab harihari telah sangat kenyang kita nikmati tanpa saling menemani

>>>>0609,2008 :)

masa tenggang  

Penyerat Hijau

mengiringi rindu akan sujud penghambaan kepada-MU
entah kenapa semakin banyak yang berbicara tentang waktu..

apakah masa tenggang bagianku telah di mulai?


urai kata  

Penyerat Hijau

>>> pertemuan adalah dentum jam sebagai awal kerinduan

perpisahan adalah derit yang membukakan pintu kesedihan

>>> pertemuan sebagai pohon bagi dedaun kerinduan

dan perpisahan sebagai ujung ranting pertemuan

cukup memeluk diri  

Penyerat Hijau

dan sebagaimana pun ada diwaktu lalu
kembali bayang asmara terlukis pada pendatang
yang nantinya pun pergi dalam kedinian
entah ada akhir atau terabai mengambang
dalam kenang bebait puisi atau lamunan

enggan tuk kembali menjejak
lingkaran wewarna absurd rasa
perputaran pada poros nasib masing
isi hanya penantian rindu tangis tawa
membeban pada pelataran jiwa rapuh

sudah saja
cukup memeluk diri!


sebab
kesendirian pun telah memberi warna
dengan sendirinya

asing  

Penyerat Hijau

percakapan dengan malam-malam lalu

telah mengucilkan sajak dilaci berbentuk kotak

tentang rentang jarak rindu-rindu pada pelataran

liku-laku waktu dengan jamahannya

tiada mampu kubaca sebab warna begitu asing

tergores pada sehelai kertas biasa

waktu  

Penyerat Hijau

dan kemudian sirnalah harap
saat sosok mengilang dari bola mata
hanya sisa jejak pada ruas jalan yang begitu panjang

hei...sudah sejauh inikah aku menatapnya?
kenapa baru sekarang dia hilang
siapa dia ?
kenapa disudut puing hati yang memuram kelam
ada nyala cahaya berkedip-kedip
dengan iringan denyut yang terus mencipta kejut

ngilu-ngilu yang memerihkah?

bukan ..bukan itu
lalu apa rasa itu?

mmm... sepertinya
harus tanya Waktu

diam  

Penyerat Hijau

sering diri bercakap dengan diam
berpelatar kesunyian
berhias butiran peluh dan mata terbungkam
remah kenangan yang berceceran
keyakinan melenggang punah
menjelma serpihan debu ragu
memutus utas harap pada gantungan mimpi
kepada langit yang telah memberi cerita
begitu sulitnya bahasa kuterka
harus menjadi apakah peran kulakonkan
sedang diam selalu saja tak bersuara

dalam pena  

Penyerat Hijau

serupa bibir yang berkata
pada larik kalimat yang coba kutata
huruf-huruf sempoyong dalam kelunglaian
diantara satu bait dengan bait lainnya
terdapat lubang menganga
selingkar gulita yang tak terbaca
sebab terang telah mati terbunuh makna nyata

sisa
catatan teronggok dalam jemari patah yang sepi
ditemani hitam sebagai warna pada setiap baris
tak tertuntas menjelma sebagai tulisan
hanya potongan keluh tentang kerisauan
yang tergores dalam selembar kertas diam

kenangan  

Penyerat Hijau

dan dalam kenang, sesuatu itu menjelma abadi
ia begitu kuat mendekap
mengikatku pada tempat awal bermula
mengapungkan lagi pada memori telah lalu
memanggilkan gerimis sebagai rintik rusuh
agar rasa kembali kisruh
mencarutkan lagi gelisah pada raut yang semakin pucat
kelupasi lagi luka kering yang nyerinya tak kunjung hilang

Entahlahhhh...  

Penyerat Hijau

Mulutku selalu saja mengapit lelap diam
hingga tak pernah ada suara atau bunyi yang terjaga pada cakap kita

jemari selalu saja patah setiap kali mencoba merangkai tutur
pada catatan ketika melihat sosokmu dalam remang


dunia kita memang tanpa mata hanya berjejal kata
disetiap sudutnya
tentang hitam putih, siang malam,dan harmoni dalam kehidupan
penamu tak pernah berhenti menyelinapkan makna berbungkus kata
tak sederhana jika mataku yang membaca

kesahajaan dalam ujaranmu tentang gambar diri
jelmakan cermin dalam setiap gerak

ahhhh akankah kau lelah bacakanku dongeng tegas tentang pengembaraan ini
pencerahan tanpa intervensi pribadi
doa-doa di jeda mimpi
entahhlahhh....

Keluhan  

Penyerat Hijau

Entah pada apa aku rebahkan keluhan
keluhan tentang perjalanan
:perjumpaan kerinduan perpisahan

ahh..sekujur tubuh telah lelah
terlilit kesakitan tentang punah harapan
putaran waktu mengisi bejana kekosongan hati
yang mencipta trauma lara kepada percaya
lalu butir-butir keluh penuhi nurani
memualkan tiap sudutnya yang terhimpit sepi

di kericik sungai yang bening
kerontang ladang gersang
gelaran mega-mega biru
atau jalan setapak penuh bebatuan
tak adakah tempat cukup sepetak tersisa
tuk melebur keluh yang tak berkesudahan

Cerita 4  

Penyerat Hijau

Masih saja kupanggil sebuah nama
dengan rasa perih dan suara lirih
ketika pagi menjemput peradaban
saat siang meremas peluh
juga kala senyap merubung malam

mulut begitu sulit kubungkam
hati terus melarut pada sendu
tenggelam di kedalaman yang teramat

masih sampai saat ini

Cerita 3  

Penyerat Hijau

jika sampai pada kelokan jalan
tak perlu berlari cukup berjalan
buang sisa kenangan di selokan waktu
tak perlu kau pilah
anggap semua sampah
meski ada indah

sesekali usap peluh mata
yang masih saja terus menetes
tak usah paksa tuk menahannya
biarkan apa adanya
nyeri kan terobati dengan iklas
dan sewajarnya luka nanti berbekas

maka lenyapkan takut
jika harus meluka
toh semua adalah perjalanan
bagian dari kehidupan

Cerita 2  

Penyerat Hijau

kekosongan telah menghampa mencipta sepi
mengendapkan dingin dalam kolam rasa
yang tak berbentuk
terhiasi gemintang yang terkadang meredup
dan kemudian memendar terang
pada pendakian puncak malam
yang senyap dalam gelapnya

ruang telah menghimpit sisa nyaman petang tadi
di penuhinya imaji remang tentang sosok bayang
sekelebat yang tak tertangkap jemari tuk disiratkan
pada kaki-kaki puisi agar dapat berdiri menemani
menyeimbangi sepi karena hening terlalu nyeri
di nikmati sendiri..............

Cerita 1  

Penyerat Hijau

masih saja terdiam kaku
menatap waktu biaskan rindu
kita bukanlah satu
kau bukan setengah-ku
dan aku bukan setengah-mu

kita adalah pesinggah masing-masing hati
dan tak ada yang terpauti
untuk saling menjagai
hanya datang lalu pergi lagi
tak akan pernah saling kembali

Pada apa aku bercerita?  

Penyerat Hijau

: Puisi

0  

Penyerat Hijau

080808
070706
070707
23030507
00000000

Post Meridian  

Penyerat Hijau

nurani yang terlupa
kiranya kau telah rebah dalam nalarmu
atau pulas dalam melupa

jika kertas terabai kosong
mungkin ini malam terpendek dari malam sebelumnya
atau hambar meresap tanpa kunang-kunang

fikir bukanlah rasa
rasa bukan apa tanpa makna

sadar
kesadaran memakna pada tindak
dan tindak seutuhnya harus dengan sadar
sebelum sesal menampar
mengalirlah wajar
biar jadi telaga kesaksian
menggenang dan terbaca

bukankah tiap pohon berbuah
atau sengaja buah tak dicipta
supaya tak ada bekas jejak

siang malam adalah pergantian
tanda bahwa waktu tak diam
kenapa tarian waktu kau mainkan
sudah begitukah

atau bagian dari permainan
maaf haruskah selalu
cukupkan langkah kembali
kalau terima kasih

juli sore : agust

.......  

Penyerat Hijau

Peka
kurang peka
percaya
masih bertanya

Lelaki Itu  

Penyerat Hijau

masih mengambang dalam jejak kenangan
mengalir dalam sajak kerinduan
terpahat kasar pada tembok jiwa

memelukku dalam hening
jauhkan waktu
membelenggu pilu

tentangmu serupa paru
berada pada raga
menghidupkanku selalu

NO_Titled  

Penyerat Hijau

OM BOB say :

Dont worry about a thing,
cause every little thing gonna be all right.
dont worry about a thing,
cause every little thing gonna be all right!


Feel V  

Penyerat Hijau

lelah mengemasi cemas
beradu dengan batas
harap hanya melintas
pandangan tak jelas
pantaskah semua kulepas?


Janji  

Penyerat Hijau

pergantian musim yang di lalui
kemarau juga penghujan
yang tersemai tak jua kau petik

sedang bunga mulai melunglai layu
daunan telah kuning mengering
batang dan ranting rapuh runtuh

masa yang tiada bertepi
janji tinggalah janji

Tadi Malam  

Penyerat Hijau

kelam menyinari
jangkrik menemani
ruah aroma kopi padati ruang
pejam tak jua datang

secarik kertas lusuh
sebuah pena hitam
tergeletak masam
di meja tua tak beralas

dua mata tak acuh
jemari tampak angkuh
saling mengirim diam
tenggelam di kebisuan malam

Gelang kayu  

Penyerat Hijau

Cinta tertaut gelang
ketika gelang hilang
maka cinta pun melenggang
tanpa pesan tanpa kesan

dan sisa :
aku di biarkan dalam gamang
yang membingungkan
juga bersama tanya,

: kemanakah kau gelang ???

Akhir  

Penyerat Hijau

Bilik jiwa mengatup
ruang hati tertutup

debar jantung menghambar
hela nafas melemah

sebaris pilu menghantar gugu
merebahkan setumpuk kelu

ketika pagutan ku akhiri
kisah kita pun terakhiri

saling sendiri lagi
...................

Feel IV  

Penyerat Hijau

Mmmmm....... Cepat atau lambat memang akhir akan selalu ada
entah berakhir apa maka jalani saja!!

ayolahh bukankah dunia itu tak selebar daun jeruk!!!!
kenapa mesti biarkan pilu memelukmu??
di persimpangan lainya pasti tawa sedang tunggui kita
bergegaslah kemasi luka kita buang di tong sampah depan rumah
tak perlu jauhjauh di sana saja supaya kita tak lupa bagaimana rupa luka
siapa tahu kita temui lagi dengan bentuk beda dan kita telah sedkit tahu cirinya
hingga kita terbiasa bertemu dengannya..

ayolahhh lekas kembangkan senyummu
terbangkan jiwamu dan mengalirlah bersama air
menghembus bersama udara, tetap pijakan kaki pada bumi
jangan dulu kau bunuh asa rindu
sebab kau butuh itu untuk melaju bersama waktu
agar kau tahu hidup itu tak melulu duka
di baliknya selalu ada makna yang buatmu suka
jadi coba pahami saja

Teing ah...  

Penyerat Hijau

Selambatnya hari ini aku coba untuk tidak lagi mengungkap tanya dalam hati
Biar semua tetap jadi apa yang ada...

Semalan aku menunda pejam
Menghimpitkan bantal ke muka
sambil terus bergumam...
kapan..? kapan...? kapan...?
kenapa aku terus belum dapatkan?

kemudian pikiran memulai debat
nurani menyangah menjawab dan menolak
apa yang tak pasti tak bisa aku patri..
semua di awali dari sini...
di nurani ketika niatan kita jadikan ada

Ahh selalu saja kesah membuat gerah..
menitip tanya membuat aku bicara dengan kaca pada muka...
sebaiknya mulai saja benahi diri...
apa yang membuat kita adalah diri kita...
mari..mari..sekarang kita hantarkan saja
tanya ke pelukan jawab...
biar mereka memuat segala isi
juga lahirkan satu kepastian
aku yakin pasti bisa....jalani semua!!!!!!!!!!!!!

Menyapa Mu  

Penyerat Hijau

Kau sedang sibuk bercelotehan
Sambung saling nimbrung

Sedang aku disini bingung
Berpaku tangan menahan tanya

Berasa-rasa dia atau dia?
Tapi yang mana?
Sudah sampai mana?
Yang bagaimana?

Pola yang kau alurkan
Imaji yang di sajakkan
Rangkaian tulisan yang kau padu padankan
Berlari-lari liar

Memutar-mutar akal
Lalu kemudian aku terjengkal

Di dalam Buatanmu
Aku semakin terlihat dangkal

tulisan buat UM'H.seno dulu bgt!!!!

Dalam Harapan  

Penyerat Hijau

Di sudut benak yang mengambang pada pengaharapan
Terkias nestafa diantaranya
meski kadang tawa singgah sejenak disana
tapi selalu saja lara yang berkenan di dalamnya

Pada sejumput rumput di halaman
kutanyakan kemana angin membawa nyaman
agar nestapa pada bilik dinding yang membelenggu ini lekas hilang
dan tanggalkan segala keraguan
pada pengharapan yang tak kunjung mapan

........  

Penyerat Hijau

Ahhhhh...cuma seputar amnesia...
amnesia dan amnesia....jadi kaya orang buta
orang yang buta dengan Realita yang ada.

sepi memang sepi tapi jangan berdiam diri
seperti sapi dalam tempurung!!!!!
(halahhh apaan itu mah katak kali!!!)

mmmmmm kata terasa memusuhi aku ???
sepertinya dia muak dekat denganku??
ahhhh semoga cuma perasaanku..saja.

SEMANGAT...SEMANGAT..!!!!!!


Kali ini  

Penyerat Hijau

perduli menutup mata
hilangkan tanda
tak acuhkan kata
melupa

detik ini
rajutan mimpi
lunglai letih meniti
jiwa menepi

cukup sepi saja
dan sepi memang cukup mengisi
pada hari pada diri
teresapi kali ini

Terserah-Nya GLEN. F  

Penyerat Hijau

Terserah kali ini
Sungguh ku tak kan perduli
Ku tak sanggup lagi
Jalani cinta denganmu

Biarkan ku sendiri
Tanpa bayang-bayangmu lagi
Ku tak sanggup lagi
Mulai kini semua terserah

-------------------------------
berasa ga penting paan coba....
ahh sekali-kali termehek-mehek tak apa lah ya..

Feel III  

Penyerat Hijau

Serasa begitu pas...kata Terserah
dengan kata itu aku biarkan semua mengambang dengan bimbang,
aku tak perduli kau rasai apa..
aku tak perduli kau perduli dengan apa yang kurasai

ah...kalau-pun aku mesti beranjak pergi ,dan aku yakin pedih mengikuti-ku tapi tak apa..
masih ada sepi, ada puisi, ada jemari dan imaji menemani..
aku yakin riuh pilu pasti mengumpul merangkuliku satu persatu..
mereka rindu sendu guguanku..

waktu pasti menggodaku dengan kenangan !!!!!
Terserah saja dengan sendiri
pun aku tetap tak apa..



Feel II  

Penyerat Hijau

Terserah saja
kini nanti sama saja
tak ada beda

........................
aku tak apa...

feel 1  

Penyerat Hijau

mmmm... berputar-putar hanya berputar...
kemudian memudar menghantar hambar

sebaiknya amnesia saja
pergi ke kutub utara
dengan lupa tanpa luka
mungkin bahagia ada

tentang cita cinta nyawa
berakhirnya tak jua suka

Kepada Ibu..  

Penyerat Hijau

Di renta wajah yang berhias peluh
jalan tertatih dengan tulang rapuh
tertaut beban di sela senyum hangat 
terkias lelah di kelopak sayu matamu

jemari pembelai rambut
bibir penggumam kesal
suara hadirkan nyaman
kutunggu dengan pilu

ketika bisu di antara kita ada
aku rindu kau panggil 'Nak' ibu


Diammu  

Penyerat Hijau

Diam-mu kuliti pekat suka
menyayat bahana sesak raga

sungkurkan rubuh tubuh berpeluh
koyakan hela mericuh denyut pilu

merendam wajah penat duka
di airmata terhujam pedih luka

Diam-mu serupa batu 
tak terbaca meski
angin membelai 
hujan membasahi
mentari menerangi 
bulan menemani

gundukan merah tanah
papan berhias nama
kau acuhkan aku
dengan diam-mu
------------------------------------------------------
= cuma berkata-kata..teringat ma 'AKi '( PAPI )

KANGEn sangat!!!

" ~ fajar juli ~ "  

Penyerat Hijau

"...puisi ini adalah kado ulang tahun untuk Kiki..;...moga gumilang semua gita, cita, dan cintamu yah...hehehe ^_*..."
"...Ki, bacanya pake smua intonasi, nada, dan kecepatan yg memungkinkan dan sesuai yah.., bisa lucu, tegas, mendayu, cepat, melambat, tinggi, merajuk, melemah, centil, males, sarkas,...dsb..."

" ~ fajar juli ~ "

Tag : kehidupan rentang penat-Nya!, renungan doa tuk ulang tahun Kiki ;)

Sesungging kelopak merupa lantun lentiknya
Seuntai genderang melepas pancar rinainya

Seteguk..., dua teguk...tiga, tak terkira
Hamparan hijau juli sore pijak tiada tara

Yuuhuuuuuu...!
Tun itu nan.., yang membawa budi
Tentunya adalah ning.., dalam welas asih
Itu juga doaku...!

Setanjak...dua tanjak, menapak arak-arak
Hmmm.., rangkai-merangkai semampai rampai
Sekembang jadi, seulas rekah penjuru marak
Payung di payung.., gayung-menggayung capai-mencapai

Ya iyyalah..!
Bukan halaahhh!
Kan, remahmu pelepahmu.., yang nyala meruah pijarnya
Kereta kala pun.., mendengung gumilang ruahnya

Kualamu menanti sapa di depan sana
Bukan kutub utara berlari menyapa rana

Coba.., pedang apa kau asah pintal?
Cikal bercahya songsong titian fajar!



============
jul0508, sby
*padanan sejauh-jauh perjalanan#
TO: KIKI
FROM: MBAHYUS a.k.a YUSWAN TAUFIK
-----------------------------------------------------------------------------------

*..kuala = muara

- Juli -  

Penyerat Hijau

Ramai selamat membelai
mengecup dahi lekatkan doa
terurai jejak pada alamanak
bulan juli pada hari kelima
betandanglah angka baru usia


----------------------------------------

Ucapan-Ku  

Penyerat Hijau

: kiki

tawa berpesta
rayakan usia
riuh ucapan
pekat kecupan
gelimang doa
teriakan suka
menggema di antara
bulan tujuh hari kelima
========================

ha.ha..narsis tenan je...
:D :) :) :)
wish U all the Best...
amien.
...



Pemilik Mata Sayu  

Penyerat Hijau

bila bayang hilang
racau mengacau
kalut membalut
di ruang sepi hari

terikat sedan
tertikam gamang
lucuti nyaman
di sela relung hati

keruhnya sumur rasa
menyisa jemu keluh
terbelah batu ingin
mencipta muara bening

pada pemilik mata sayu
kutitipkan asa
agar bayang nyata
untuk selamanya