Jelaga-Ku
undefined
berjelaga dalam kelam
mata tumpu pada pena
hadap pada sehelai kertas
tak ada yang melintas
imaji mengeras
membatu menghantar jemu
waktu termanggu
menanti sepercik tinta
tertoreh dari pena
membentuk huruf menjadi kata
berjelaga dalam kelam
mata tumpu pada pena
hadap pada sehelai kertas
tak ada yang melintas
imaji mengeras
membatu menghantar jemu
waktu termanggu
menanti sepercik tinta
tertoreh dari pena
membentuk huruf menjadi kata
pada kata aku bicara:
sebuah puisi telah tiada
entah
terenggut jemari yang luka
atau
terbunuh imaji yang buta
Pada entah yang tak terbatas yang mampu menggilas pengharapan
dalam detik yang telah berpuluh-puluh ribu berlalu menyisakan semu
meradang pada sesuatu yang tak terjamah entah apalah itu..
entah yang tak tercari, tak tereja, tak terasa....
tak cukup mata telanjang untuk melihat
tak mampu mata hati untuk menatap
akal tumpul tak sanggup mengeja
dingin nurani tak dapat merasa
pada entah apalah itu
Ketawa kalo inget semua terasa bego, aku begitu sensitif dengan semua rasa yang singgah menemani diri..sedang sebenarnya itu adalah perasaan yang sudah sewajarnya, sangat manusiawi.
Lihat saja seperti hari-hari kemarin dua hari sebelumnya aku begitu emosional,terasa menjilat-jilat amarah yang tak bisa kuredam hingga membentuk rasa yang benar-benar melelahkan, membuat otak tumpul. dan aku begitu merasainya seolah semua berhenti sampai di situ..?
Toh ternyata tidak seperti itu semua berjalan tepat pada waktunya semua ada pada tempatnya.
dan setelahnya malu aku jinjing, tawa aku tabur di sekitarku, duka ku lipat biar dia tak lagi berbentuk..
Ingin tertawa keras melihat begitu bodoh perasaan, melihat pendirian yang tak berdiri dengan dua kakinya. lebih sering terombang-ambing dengan emosi dan hal-hal lain yang seseungguhnya tak perlu untuk di jadikan ancaman...agar pendirian itu rubuh ....
Ah aku ga ngerti ngomong apa...
tapi yang pasti Semua ada Waktunya karena Semua selalu Ada Pada Tempatnya.....
bulir bening di sudut mata
selalu luruh ketika risau menggelanyuti dada
bisu yang rapuh hanyut pada guguan yang kukuh
menggelar tirai kelam di lara yang tak jua berkesudahan
kesendirian yang menjijing peluh rindu
lama tak berpadu hingga pilu membuncah
mengaliri utas nadi yang detaknya mulai lemah
dan cinta yang kian punah
Pagi tadi ketika terbangun dari tidur, sebenarnya aku masih belum ingin
masih mau lelap dalam mimpi juga berteman kelam,
tapi sayang sinar matahari tak mau peduli ia tetap pendarkan sinarnya dengan galak
memasuki jendela kamarku...dan sinarnya buat mata silau.
huhhhhhhhhh....Pagi tahukah kamu jujur setiap kali bertemu denganmu ada dua perasaan dalam hati yanng berkecamuk. sebelah hatiku bilang 'aku merasa senang sekali masih bisa bertemu pagi menghirup nafas lagi belum mati. tapi sebelah hatiku yang satunya dia bilang ' aku muak bertemu denganmu pagi karena selalu saja akan ku temui hal yang sama lagi sepanjang hariku..seperti kemarin.
taukah kamu pagi, setiap kali aku tersenyum bertemu denganmu sebenarnya aku rasakan pahit harus sedkit membohongimu..bahwa tak sepenuhnya aku memujamu..
entahlah pagi aku ingin pergi membawa kenangan kita dan sembunyi di balik pelangi
tapi kupikirpikir aku bodoh sekali jika lakukan itu
toh percuma saja, tetap saja aku pasti bertemu denganmu setiap hari..
Sengat-ku
tergelincir
sembunyi di samping bulan
setengahnya di beranda bulan
Sengat-ku
Meringkuk diam
di langit kelam
juga mega-mega hitam
Sengat-ku
Menghilang
pada entah yang tersisa
oleh penoreh kan batasan
juga para penjejak yang dalam
racun hakiki
madu birahi
kutelusur di atas kaca
kusam tak terlihat...
tak tersemat
---------------------------------
Titik hari
: akang
Di tepian alamanak
yang menghitung langkah
kembali tergelar titik hari
awal bermula lahir mata
terbuka kembali laci kenangan
tempat bertumpuk kisah
terkumpul ribuan nama
berkacalah kita di sana
segala yang telah di singgahi usia
.....................................................
selamat ultah teman...
16.06.08
Deru memaksa rindu mengadu
diantara linangan airmata murka
Cinta yang kasat
terhadang jarak
terbentur tengat
luka kian pekat
aahhh..sudahi saja
kalut mulai kalap
Suka bagiku
hanya terbagi tiga:
pencipta
keluarga
cita
sisa adalah duka
semua
Mabuk katakata
entah mutiara atau sampah semata
tapi aku terus menenggaknya
dengan cangkir kertas dan teko pena
sampai tak tersisa
Tirai tersibak diselanya tersusupi cahaya...
Senyap malam memelukku menjauhkan bingar
temaram lampu membisik lelah...
dingin angin menghembus kantuk
mencipta kebisuan nikmat di tengah nyaman
diranjang sempit dan selimut kumal
kamar 3x3 meter yang kumuh
disudutnya penuh buku juga debu
kurebahkan raga kupejamkan mata
menjemput mimpi menanti pagi
Merpati yang mengepakan sayap terbang tak jauh
hinggap sejenak di dahan pohon mangga halaman rumah
Adakah keresahan yang engkau rasakan
di balik kebebasanmu yang begitu lepas
ketika kau menerabas awan di langit biru
dan kembali ke sangkarmu
Adakah tanya di hatimu yang sering terabaikan
karena pada nyatanya jawab tak pernah diberikan
ketika adakah sebutir jagung atau beras
yang tersebar di hamparan tanah untuk kau makan
Adakah keinginan yang ingin kau tanggalkan
sebab harap selalu saja tak bisa sekejap tapi dinantikan beberapa saat
Adakah kau merasa lelah dan enggan lagi menjadi Merpati ?
Ketika harapan kembali terbingkai kenangan
beriringan dengan desir rayumu yang telah lalu
sejenak mendayu membuka kalbu yang layu
rindupun mengalun di ujung mata yang mulai sayu
Disenja manakah ku temu jiwamu
diantara jingga dan kelabu yang membisik
menabur bala dalam balutan masa
nyata singgahmu kapan ku dapati...?
---------------------------------
Post di K.com juga...
:Setengahku yang masih menjadi harap
dikantung matamu ku lihat gelap dan sayu
menandakan lagi-lagi kau menunda pejam
bergerilya dengan malam menghambur pada laju citamu
berteman inspirasi dan teori di sana kau tenggelam lelap
diwajah kuyu dan kurusmu dengan sebatang rokok
yang selalu kau hisap itu, memacu rindu yang telah penuh
kusimpan pada ruang yang tak bernama
yang disana hanya tersimpan satu nama dan itu tentu namamu
ditawamu yang mengalunkan rindu menawarkan canda
yang hangat memikat menulariku dengan kegilaanmu
menumbuhkan suka yang menjadi rasa pada fikir yang terpajang gambarmu
dimatamu yang sendu itu aku selalu merasa kenyamanan
dipelukmu kurebahkan penat kau gantikan dengan kecupan yang pekat
membasuh keluh yang kadang menumpuk lelah di dalam kisah
dengan lagu ninabobomu yang merdu, terkadang mata berkaca-kaca
menabuh haru yang sering berseru setelah ada temu di antara kita