titik sunyi tak bercelah memekat aroma tetap
tajamnya ingatan menikam kepala bertubi-tubi
nyeri meraung, lara meruang menyiksa
mengarak limbung sepercik murka berselaput rindu menuju hati
meredam bongkahan luka terpaut pada sosok mata sayu
air pada mata kering, lumut rimbun ditepian pelupuk
racau ini hening terkantuk kenang biru asmara
apakah layar hitam yang kan terbawa sampai nafas habis
jika jelaga mentari senja dan purnama pun terabai pejaman mata
peka terkubur gamang yang tumbuh subur ladang jiwa
This entry was posted
on 15.20
and is filed under
Sekedar menanam kata
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 Tanggapan