kini kepatahan bertandang ke halaman rumah puisi
juga persimpangan jalan tempat sapa menjumpa hangat
dalam leram berbatas kata
langkah kaki rindu terkantuk kerikil lara
perlahan mimpi buruk semakin nyata
sepi pun terus berjaya memimpin sunyi
menindas suara tawa
lalu memasukannya ke lemari berpintu besi
lelehan airmata mewarnai peristiwa
ratap miris bersanding kecewa
waktu selalu menyisakan pelepah pahit
pada detik jelaga yang semakin sempit
This entry was posted
on 10.24
and is filed under
Dalam tulisan
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 Tanggapan