kepada sang lelaki yang menebar benih kesahajaan
pada sanubari yang masih berjelaga pada berwarna-warni duniawi
kaitkanlah saja umpama pada kertasmu yang bertebaran penuh tinta
deru yang terbawa biar waktu yang menghakimi
sampan pada laut yang terombang-ambing itu biarkan saja berkeliling waktu
intaian laju badai dan putaran air mengalir telah ia pasrahkan
pada suatu titik kekal di mana sampan pun dapat sekilas terhapus hilang entah kemana
kalaulah memahami telah sulit maka menjadi bijak akanlah semakin sulit
sebab ego menatahkan keeksistensianya lalu hanya cela dan ketidaksempurnaanlah
yang membias pada titik ukur kepercayaan
kertas hanyalah sebuah kertas menjadi sesuatu tetaplah hanya sebuah kertas
bukan penunjuk intuisi
This entry was posted
on 10.55
and is filed under
Dalam tulisan
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 Tanggapan