dipekat malam
seonggok jiwa tercenung
luka melawat garis tangan
terbenam di hampa ruang yang terselebung sepi
meniti arus masa dengan kaca buram yang suram
arungi perjalanan rasa citakan sanding peraduan sejati
abadi kasih umpama sujud bakti pada illahi
pagi menjelma
singgah di ujung mata
segumpal awan merekah indah
sembulkan sepucuk raut berseri ditengah kerontang padang
suara parau tembangkan sisa rasa
sejumput ilalang bergoyang seirama desau nada angin
songsong embun yang kan kilaukan batang tubuhnya
matahari baru
sapu remahan mendung kelabu
melarungkan murung pada udara jernih yang meruang
torehkan warna segar di palung jiwa
di terangnya ada jejak hela nafas lega
akhir rundung kabung yang terapung musim lalu
This entry was posted
on 15.52
and is filed under
sehelai kertas tertawa dengan lelaki senja
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 Tanggapan