meyakini perpisahan  

Penyerat Hijau

aku mulai paham bagaimana rindu dan janji harus kugenggam cukup di telapak tangan
dengan dada sesak, kantung mata bengkak, dan janji hanya menjelma isapan jempol di mulut kanak-kanak.
sebab sudah bukan rahasia bahwa perpisahan adalah jodoh bagi pertemuan
dan kisah kita salah satu bagian dari tubuh mereka.

aku mulai sadar bagaimana harus bangun pagi dan mengitung embun pada kaca jendela.
menyiapkan diri menitip anak mimpi pada tubuh hari yang tanpa matahari,
dan keredupan langit adalah kalut yang begitu menggenang di balik wajah tawa ketika melihat begitu mudahnya waktu berjalan sementara aku tiba-tiba pincang ketika melihat tak ada sesiapapun di sampingku.

aku mulai tahu bagaimana menghibur diri dengan rapalan doa agar senantiasa terjaga dari putus asa
atau menemui puisi mendengarkan dongeng tentang indah mimpi dari rangkaian luka dalam kata-kata.
sebab airmata tak henti mengeluh tentang masamu, ketika bunga matahari pernah tergambar di lembar kalender tahun lalu, yang kemudian hanyut oleh musim pembawa banjir di bulan kelabu desember kemarin.




-ki 100409

This entry was posted on 19.18 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 Tanggapan