menjauh
dari ladang mu
benarnya hendaki terbang
lenggang melesat kilat
namun sayang..
sepasang sayapmu tak kau tinggal
hanya tumpukan kenang
kau lekat kuat di punggung
pedih
hingga masih saja memaksa
sepasang kaki lunglai
menopang tubuh berjalan
perlahan
jauh..
This entry was posted
on 12.38
and is filed under
sehelai kertas tertawa dengan lelaki senja
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 Tanggapan